Beranda | Artikel
Larangan Berperang Pada Bulan Haram - Surah Al-Baqarah 217
Senin, 20 Desember 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Larangan Berperang Pada Bulan Haram – Surah Al-Baqarah 217 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 10 Jumadil Awal 1443 H / 14 Desember 2021 M.

Kajian Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 217

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ اللَّهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan Haram, bagaimana hukum berperang padanya. Katakanlah: ‘Berperang di bulan haram itu termasuk dosa besar; dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kufur kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, maka itu lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah (kesyirikan dan kekafiran) lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Dan mereka akan terus-menerus memerangi kalian sampai menjadikan kalian murtad dari agama kalian, selama mereka mampu. Dan siapa yang di antara kalian murtad dari agamanya, lalu ia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang batal amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, dan. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 217)

Yang dimaksud dengan bulan haram di sini yaitu bulan Rajab. Dimana sebab ayat ini turun adalah waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengirimkan pasukan. Lalu kemudian pasukan ini menyerang kaum musyrikin sementara bulan Rajab sudah masuk. Sehingga orang-orang musyrikin menganggap ini besar, kenapa kaum muslimin tidak menghormati bulan haram. Dan orang-orang musyrikin saat itu punya keyakinan bahwa bulan haram adalah bulan yang tidak boleh berperang padanya.  Sementara kaum muslimin yang waktu itu dikirim oleh Rasulullah untuk memerangi kaum musyrikin tidak tahu kalau ternyata bulan Rajab sudah masuk.

Sebagian ulama mengatakan bahwa larangan berperang di bulan haram sudah dimansukh. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beberapa peperangan setelahnya di bulan haram. Ayat yang memansukhnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ…

“Perangilah mereka dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala…” (QS. Al-Baqarah[2]: 190)

Sementara sebagian ulama mengatakan ayat ini belum dimansukh dan bahwasanya berperang di bulan haram tetap tidak boleh, ini pendapat yang dishahihkan oleh Syaikh Utsaimin Rahimahullah. Mereka menjawab dalil orang yang mengatakan mansukh bahwa ayat yang memerintahkan untuk berperang itu umum, sementara ayat yang melarang untuk berperang di bulan haram itu khusus. Dan kaidah ushul fiqih mengatakan dalil yang umum apabila bertemu dengan dalil yang khusus, maka tentu keumumannya dikhususkan.

Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada beberapa peperangan di bulan haram, maka jawabannya bahwa saat itu perangnya bukan perang thalabi, tapi perang difa’i (membela diri). Karena saat itu memang orang-orang musyrikin telah berkumpul bersiap-siap untuk menyerang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka kemudian Rasulullah dan para sahabat pun memutuskan untuk keluar dan menghadapi mereka. Maka kalau perang yang sifatnya membela diri, saat orang kafir menyerang kita kapan saja tidak masalah.

Faedah Surah Al-Baqarah Ayat 217

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam rujukan ilmu

Menit ke-14:45 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah rujukan para sahabat dalam ilmu. Karena Allah berfirman: “Mereka bertanya kepadamu…”

Maka dari itu jadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai rujukan kita dalam ilmu. Karena kebenaran yang pasti benar adalah yang berasal dari Allah dan RasulNya. Adapun ulama, maka kita terima pendapatnya kalau sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Adapun kalau ulama tidak sesuai pendapatnya dengan Al-Qur’an dan hadits, maka ini kita tolak.

Apakah ada di dalam Al-Qur’an dan hadits yang mengatakan bahwa ulama itu maksum dan tidak mungkin salah? Justru yang ada adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ

“Setiap anak Adam pasti salah.”

Lihat juga: Jika Kalian Tidak Berbuat Dosa Allah Akan Hilangkan Kalian

Seluruh ulama sepakat bahwa yang maksum hanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi ketika kita katakan bahwa ulama adalah manusia biasa yang bisa salah atau benar, para muqallid (orang yang suka taqlid) itu marah dengan ucapan ini, mereka tidak suka.

Jadi rujukan kita adalah Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kita timbang semua perkataan siapapun dengan Al-Qur’an dan hadits. Dan jangan menimbang Al-Qur’an dan hadits dengan perkataan manusia.

Penyesalan sahabat

Menit ke-18:21 Para sahabat merasa menyesal terhadap kesalahan yang mereka lakukan. Karena mereka waktu itu berperang ternyata sudah masuk bulan Rajab, itupun karena ketidaktahuan mereka. Maka merekapun kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang hal itu.

Tentunya orang yang tidak tahu dalam Islam itu dimaafkan. Tapi Subhanallah para sahabat menyesal terhadap kesalahan yang mereka perbuat tersebut. Demikian memang orang beriman, kalau jatuh kepada kesalahan mereka menyesal dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Setiap anak Adam pasti banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah yang segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Tirmidzi)

Yang kasihan itu orang yang membully kesalahan orang lain sementara orangnya sudah bertaubat kepada Allah sedangkan dia yang menjelek-jelekkan itu terus berbuat dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah diberi tahu oleh Allah

Menit ke-20:23 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak tahu suatu hukum sampai diberitahu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya berapa banyak kejadian Rasulullah ditanya ternyata Rasulullah diam. Sampai akhirnya kemudian Allah pun memberikan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Di sini para sahabat bertanya tentang hukum berperang di bulan haram. Maka kemudian Allah pun langsung turunkan jawabannya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja tidak berani menjawab sampai ada wahyu dari Allah. Lalu apakah kita berani menjawab hanya pakai ra’yu? Saudaraku, masalah agama harus berdasarkan wahyu semuanya. Karena agama kita tidak diletakkan kepada pendapat akal. Tapi agama kita diletakkan kepada wahyu Allah ‘Azza wa Jalla .

Berperang dibulan haram adalah dosa besar

Menit ke-24:33 Ayat ini menunjukkan bahwa berperang di bulan haram termasuk dosa besar. Dan sudah kita sebutkan tadi perselisihan para ulama apakah larangan berperang di bulan haram sudah dimansukh atau belum. Dan sudah kita sebutkan bahwa yang rajih belum dimansukh.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Urutan Pertama Dalam Memberikan Infaq – Surah Al-Baqarah 215


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51194-larangan-berperang-pada-bulan-haram-surah-al-baqarah-217/